Dalam sistem seleksi masuk perguruan tinggi tahun 2025, Tes Kemampuan Akademik (TKA) tetap menjadi salah satu instrumen penting yang digunakan untuk menilai kesiapan calon mahasiswa. Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan dasar serta kecakapan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) yang relevan dengan studi lanjut di perguruan tinggi.
Namun, ada perbedaan mencolok dalam struktur soal TKA antara siswa SMA dan SMK, meski keduanya sama-sama menghadapi mata pelajaran wajib. Artikel ini akan membedah persamaan, perbedaan, serta strategi belajar yang bisa diterapkan agar siswa lebih siap menghadapi ujian.
![]() |
Siap hadapi TKA 2025? Temukan strategi bedah soal lengkap untuk SMA & SMK |
Persamaan Soal TKA SMA dan SMK
Meski berasal dari jalur pendidikan yang berbeda, baik siswa SMA maupun SMK akan mengerjakan mata pelajaran wajib yang sama, yakni:
Bahasa Indonesia – menguji kemampuan literasi, pemahaman bacaan, serta penalaran bahasa.
Matematika – fokus pada pemecahan masalah, logika, dan penalaran kuantitatif.
Bahasa Inggris – menilai keterampilan membaca, memahami teks akademik, serta penggunaan tata bahasa.
Ketiga mata pelajaran wajib ini dirancang untuk menguji kompetensi dasar yang dianggap esensial bagi semua calon mahasiswa, tanpa memandang latar belakang sekolah.
Perbedaan Soal TKA SMA dan SMK
Perbedaan utama terletak pada mata pelajaran pilihan.
Siswa SMA:
Memilih mata pelajaran sesuai program studi tujuan di perguruan tinggi. Misalnya, calon mahasiswa kedokteran cenderung memilih Biologi, sementara yang berminat ke teknik akan lebih fokus pada Fisika.
Siswa SMK:
Memilih mata pelajaran pilihan yang relevan dengan program keahlian yang ditekuni selama sekolah. Contohnya, siswa SMK jurusan Akuntansi mungkin akan mengerjakan soal terkait Ekonomi atau Akuntansi, sementara jurusan Teknik Mesin lebih diarahkan pada Matematika Terapan atau Fisika.
Dengan demikian, fokus materi soal pilihan SMA lebih akademis, sementara SMK lebih aplikatif dan kejuruan.
![]() |
Anak SMA atau SMK? Yuk, bedah soal TKA 2025 bersama! |
Hal Penting Lainnya
Selain persamaan dan perbedaan, ada beberapa aspek penting dalam TKA 2025:
Penekanan pada Penalaran dan HOTS
Soal TKA tidak sekadar menguji hafalan, melainkan melatih kemampuan berpikir kritis, analisis, dan penerapan konsep dalam konteks nyata.
Komponen Penilaian
Hasil TKA menjadi salah satu komponen seleksi masuk perguruan tinggi, tetapi bukan satu-satunya penentu kelulusan. Nilai akademik, prestasi, hingga portofolio juga bisa menjadi bahan pertimbangan.
Strategi Belajar untuk Menghadapi TKA
Agar lebih siap menghadapi TKA 2025, berikut beberapa strategi belajar yang bisa diterapkan siswa SMA maupun SMK:
Pahami Pola Soal Wajib
Fokus pada literasi bacaan, penalaran matematis, dan teks berbahasa Inggris. Latihan soal tahun-tahun sebelumnya akan membantu mengidentifikasi pola.
Sesuaikan Pilihan dengan Target Studi
Siswa SMA: tentukan sejak dini program studi tujuan agar bisa mendalami mata pelajaran pilihan yang relevan.
Siswa SMK: fokus pada materi yang mendukung bidang keahlian agar lebih siap menghadapi soal aplikatif.
Latihan HOTS
Gunakan soal berbasis studi kasus, analisis grafik, atau problem solving yang menuntut berpikir kritis, bukan sekadar menghafal rumus.
Manajemen Waktu Ujian
TKA biasanya memiliki jumlah soal cukup banyak dengan waktu terbatas. Latihan simulasi ujian dapat melatih kecepatan dan ketepatan.
Kombinasikan Teori dan Praktik
Bagi siswa SMK, mengaitkan soal dengan praktik kejuruan sehari-hari akan mempermudah pemahaman. Sementara siswa SMA bisa menghubungkan soal dengan konteks akademik.
Soal TKA 2025 menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi siswa SMA dan SMK untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Meski ada perbedaan pada mata pelajaran pilihan, keduanya memiliki kesamaan pada mata pelajaran wajib yang menguji fondasi kemampuan akademik.
Dengan memahami struktur soal, membedakan fokus materi, serta menerapkan strategi belajar yang tepat, siswa dapat meningkatkan peluang sukses dalam seleksi perguruan tinggi. Yang terpenting, TKA bukan hanya tentang nilai, tetapi tentang kesiapan menghadapi dunia akademik dan karir di masa depan.